Kursi Roda Buatan LIPI Ini Benar-Benar Bisa Digerakan Hanya dengan Pikiran

ASTRO SAINS – Belakangan kita dibuat gagap dengan kemunculan Wayan Sutawan sang Iron Man dari Bali dengan teknologi tangan robot canggih buatannya yang dibuat dari bahan-bahan bekas. Yang lebih membuat kagum adalah pernyataan Tawan bahwa lengan robot buatannya ini digerakkan dengan menggunakan otak alias pikiran saja.
Namun demikian, kecanggihan dan kemenakjuban dari teknologi yang diklaim Tawan ini mendatangkan berbagai tanggapan. Mulai dari decak kagum para Netizen yang mempercayainya, apresiasi dan cibiranpun juga banyak menghampiri Tawan. Terutama dari mereka yang tidak terlalu yakin bahwa Tawan mampu menciptakan teknologi semutakhir ini, hanya dengan bahan loak saja. Sehingga beberapa pihak malah menganggap berita ini sebagai Hoax belaka.
Namun lain ceritanya dengan kursi roda canggih buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang baru saja memamerkan kebolehan dari kursi roda super canggih yang juga bisa digerakkan dengan otak.
Kursi roda yang masih belum diberi nama itu memang benar-benar bisa dibuat bergerak hanya dengan pikiran saja. Namun demikian, ada beberapa komponen inti yang membuat teknologi ini mungkin diciptakan. Setidaknya ada 32 elektroda penangkap signal otak yang diletakkan di kupluk atau penutup kepala khusus yang nantinya wajib dipakai pengguna.
Elektroda penangkap signal inilah yang nantinya akan memancarkan signal otak manusia, sehingga bisa ditangkap oleh alat lainnya. Di bagian kursi roda sendiri diletakkan alat penguat signal otak. Alat ini dibutuhkan untuk memperkuat signal otak yang memang memiliki tegangan kurang dari 60 microvolt. Sehingga perlu diperkuat sebelum bisa ditangkap oleh reciver.
Nantinya data signal yang ditangkap ini akan dimasukkan ke dalam komputer, dan diekstrak dengan aplikasi khusus kembangan LIPI untuk diidentifikasi, yang nanti hasil penerjemahannya akan dikirim kepada sistem kontroler yang bertugas menggerakkan kursi roda.

“Tujuan ekstraksi sinyal untuk mengetahui ciri sinyal yang dibutuhkan, berapa frekuensinya, berapa amplitudonya,” kata Muhammad Agung, peneliti Balai Pengembangan Instrumentasi yang terlibat pembuatan kursi roda berteknologi EEG ini.

Namun ada tantangan tersendiri dari teknologi EEG ini. Sebagaimana dilansir laman Kompas (31/01/2016), sangat sulit berusaha mengendalikan kursi roda ini dengan pikiran. Ada kalanya dimana pengguna harus memakai alat bantu visual, seperti gambar navigasi dengan arah panah ke kiri, kanan, atas dan bawah. Bahkan meski dengan bantuan visual sekalipun, ada kalanya kursi roda tidak mau bergerak.
Namun masalah ini tidak hanya dialami LIPI saja. Kareena nyaris belum ada teknologi EEG di dunia ini yang bisa menerjemahkan signal otak dengan akurasi mencapai 100%. Pasti akan selalu ada saja kendala yang dihadapi, akibat noise pada signal yang dipancarkan. Dalam mengoperasikan teknologi ini, kita butuh konsentrasi penuh. Bahkan berkedip saja bisa mengganggu kinerja perangkat dan mengakibatkan noise pada signal otak.

Agung menuturkan, kunci untuk mengupayakan akurasi pada perangkat EEG adalah perangkat lunaknya. “Harus bisa mengekstrak sinyal dengan baik,” katanya.

Dengan kata lain, sektor softwarelah yang paling membutuhkan pengembangan dalam mewujudkan teknologi EEG yang sempurna. Sebuah aplikasi yang mampu menerjemahkan signal otak dengan akurasi tinggi adalah kunci dari keberhasilan teknologi EEG.

Agung menuturkan, kunci untuk mengupayakan akurasi pada perangkat EEG adalah perangkat lunaknya. “Harus bisa mengekstrak sinyal dengan baik,” katanya.

Saat ini, pengembangan dari teknologi kursi roda EEG ini telah memasuki tahun ke-4. Dimana program akan dikonsentrasikan pada uji coba fungsi secara terbatas, sembari terus mengoptimalkan teknologinya.
LIPI juga mengaku telah bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam pengembangan teknologi baru ini. Diantaranya adalah Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Project ini diharapkan bisa rampung dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Dan tidak diragukan lagi, bahwa hingga saat inipun, teknologi kursi roda EEG ini adalah teknologi paling mutakhir di Indonesia, setidaknya itulah pengakuan dari LIPI.
Namun demikian, LIPI juga tidak memungkiri bahwa dalam pengembangan teknologi kursi roda EEG mereka ini, kontribusi serta dukungan dari berbagai pihak sangatlah diperlukan. Bukan hanya dari lembaga pendidikan dan universitas saja, namun juga dari lembaga Industri dan lembaga lainnya.

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.